Pengikut

Rabu, 03 Oktober 2018

Bahan Soal Analisis (Studi Kasus)


Kemiskinan dan urbanisasi

Hasil survei kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin per Maret 2016 mencapai 28,01 juta jiwa atau 10,86% dari total penduduk Indonesia. Namun jumlah penduduk miskin di desa hampir dua kali lipat penduduk miskin di kota, yakni 10,34 juta jiwa di kota dan 17,67 juta jiwa di desa.
Di tengah angka kemiskinan yang masih tinggi, jutaan orang desa berimigrasi ke sejumlah kota besar di Tanah Air pasca-Lebaran. Mereka meninggalkan desa –sentra pembangunan kedaulatan pangan– karena sektor pertanian pangan sulit diandalkan untuk sandaran hidup. Perpindahan mereka, lazim disebut urbanisasi, sejalan dengan peribahasa ada gula ada semut. Ketika kehidupan kian pahit di desa dan sebaliknya kota menjanjikan yang lebih manis, dipastikan kota banjir pendatang baru dari desa.
Masyarakat berharap menjelang dua tahun pemerintahan Jokowi-JK arus urbanisasi harus berkurang secara signifikan. Saat kampanye pilpres, Jokowi-JK menjanjikan kepada rakyat peningkatan kesejahteraan lewat program menarik seperti Poros Maritim, Nawacita, dan Trisakti.
Dari sembilan butir Nawacita setidaknya empat butir bersentuhan langsung dengan politik “kedaulatan” pangan, yakni butir 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa; butir 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; butir 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit; dan butir 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan ekonomi domestik.
Program membangun dari pinggiran belum menunjukkan hasil sesuai harapan. Padahal pemerintah telah menggelontorkan banyak dana untuk menggerakkan mesin pembangunan daerah. Dana transfer daerah ditambah dana desa total mencapai Rp 770 triliun dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Rp 2.000 triliun.
Solusi urbanisasi belum menyentuh akar masalah yang sesungguhnya, yakni kemiskinan. Sulitnya mendapatkan pekerjaan di desa dan besarnya kesenjangan tingkat pendapatan antara warga desa dan kota mendorong arus urbanisasi semakin sulit dibendung dan jumlah kaum urban bertambah signifikan tiap tahun.
Jumlah warga miskin dan berpotensi untuk miskin di Indonesia masih tetap tinggi meski pemerintah acap menyebut angka kemiskinan menurun setiap tahun. Dalam dua tahun terakhir, pemerintahan Jokowi-JK belum mampu mengurangi angka kemiskinan secara signifikan. Saat Kabinet Kerja mengawali roda pemerintahannya 2014, angka kemiskinan nasional bertengger pada posisi 27,72 juta jiwa. Padahal kemampuan anggaran negara sangat besar untuk memberi energi pengurangan angka kemiskinan.

Percepatan pembangunan desa
Rapor merah pemerintah dalam mengatrol tingkat pendapatan masyarakat desa semakin terang benderang jika disandingkan dengan prestasi negara lain. Tiongkok, sebagai serpihan contoh, pemerintahnya mempunyai rekam jejak yang baik dalam penurunan angka kemiskinan. Data Bank Dunia (2005) menunjukkan penduduk China dengan pendapatan kurang dari US$ 2 per hari sebesar 36,3%. Jurus jitu pemerintah negara tirai bambu ini dalam memerangi kemiskinan ialah dengan menggenjot percepatan pembangunan pertanian dan kedaulatan pangan yang melibatkan penduduk miskin di pedesaan.
Pemerintah harus segera melakukan koreksi kebijakan pembangunan ekonomi kerakyatan lewat jurus baru kebangkitan kedaulatan pangan. Data terkini menyebutkan kontribusi makanan terhadap garis kemiskinan masih amat besar. Sekitar tiga perempat pengeluaran orang miskin masih dialokasikan untuk pembelian makanan. Implikasinya, jika masyarakat miskin bisa memproduksi sendiri kebutuhan pangan keluarga, sudah pasti mereka dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Namun, jika harus membeli, apalagi sumbernya dari impor, mereka akan mengalami proses pemiskinan yang lebih buruk di tengah inflasi tinggi yang didorong harga makanan kian mahal.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, inflasi bahan makanan relatif sangat tinggi. Warga miskin, meski hampir 65% tinggal di desa, sebagian besar mereka adalah buruh tani yang sayangnya memenuhi kebutuhan bahan pangan dengan membeli. Ironis! Bermukim di sentra-sentra pertanian, namun untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka tidak mandiri.
Pertanyaannya, adakah yang salah dengan pembangunan desa di negeri agraris ini? Mengapa kebijakan pembangunan pertanian tetap memiskinkan petani di desa? Di tengah usia kemerdekaan sudah 71 tahun, pemerintah masih gagal menyejahterakan petani dan mereka harus bereksodus ke kota untuk mengais rezeki. Dalam periode 10 tahun belakangan ini, jumlah petani gurem berkurang hampir 5,0 juta rumah tangga (BPS, 2013). Mereka keluar dari sektor pertanian karena terpaksa mengingat pertanian tak lagi menjanjikan perbaikan penghidupan. Petani lokal di desa termarginalisasi digilas roda pembangunan hedonis kapitalistik. Keterpurukan ini membawa konsekuensi logis, yakni ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat makin rapuh.
Indonesia dibanjiri daging sapi impor, ikan impor, buah impor, beras impor, jagung impor, bawang impor dan pangan impor lainnya. Kita terjebak dalam ruang dan sistem pangan impor yang amat mahal. Hampir 75% dari kebutuhan pangan di dalam negeri kini dipenuhi dari impor dan devisa negara terkuras ratusan triliun rupiah setiap tahun untuk mengimpor kebutuhan dasar ini. Suatu jumlah yang sangat besar dan bisa digunakan untuk membangun sejumlah pabrik pupuk dan industri benih unggul di Tanah Air.
Oleh karena itu, Gerakan Kebangkitan Desa sebagai wujud paradigma baru pembangunan pertanian patut menjadi kampanye nasional lima tahun ke depan untuk mendorong percepatan pembangunan desa. Gerakan ini harus terus disuarakan ke seluruh provinsi dan kota sebagai model pembangunan berbasis kerakyatan. Gerakan yang bertujuan mengerem laju urbanisasi ini harus diiringi dengan sinergi kebijakan yang diformat secara komprehensif dan terintegrasi dari semua pemangku kepentingan.

(Sumber: http://analisis.kontan.co.id/news/kemiskinan-dan-urbanisasi diakses pada 01/07/2018 pukul 21.43)

Rabu, 08 Agustus 2018

Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan

A. Konsep Sosiologi dan Pengetahuan Sosial

a. Konsep Pengetahuan Umum

Sangat sulit untuk memberikan makna atau definisi secara tegas terhadap istilah Common Sense. Moore, walau pun ia dikenal sebagai epistemolog Common Sense, ia tidak memberi batasan terhadap terminologi itu. Hal itu disebabkan karena, istilah Common Sense adalah suatu istilah sederhana sehingga tidak dapat didefinisikan (undefinable). Berikut ini adalah pemaparan makna Common Sense menurut para filsuf.

Plato
Secara historis pemikiran tentang Common Sense ini telah dimulai sejak pemikiran awal munculnya perbincangan tentang pengetahuan manusia. Pemikiran itu diawali oleh filsuf besar Plato. Hal itu disebabkan karena, filsafat sebelum Plato lebih terarahkan pada masalah hakikat alam semesta. Common Sense bagi Plato adalah pendapat umum (Common Opinion) yaitu suatu pengetahuan yang merupakan hasil persepsi orang kebanyakan (the man in the street). Tentang suatu objek yang dicerap langsung oleh subjek yang sifatnya sederhana yaitu hanya merupakan gambaran (copy) objek yang real aktual. Subjek menganggap bahwa pengetahuannya itu telah sampai pada kebenaran yang sesungguhnya. Plato tidak menyangkal keberadaan jenis pengetahuan ini, tetapi Plato, menempatkannya sebagai jenis pengetahuan yang paling rendah yang oleh Plato disebutnya sebagai pengetahuan Eikasia. Pengetahuan jenis ini adalah pengetahuan tentang objek yang berupa bayang-bayang benda material. Subjek hanya mengenal bayang-bayang benda. Objek yang pengetahuan yang sesungguhnya ada di dalam dunia idea. (Lihat teori Allegories of the Cave, Plato).

Aristoteles
Filsuf Yunani lainnya adalah Aristoteles. Berbeda dengan gurunya Plato, bagi Aristoteles Common Sense atau Sensus Communis (Communis Sensus) adalah suatu kemampuan (faculty) yang ada dalam diri manusia yang berupa kemampuan utama untuk memutuskan suatu pengetahuan tentang realitas konkret yang sifatnya dapat diinderai oleh banyak orang (Common Sensible). Objek disadari langsung oleh subjek. Subjek mencerap melalui indera. Bagi Aristoteles hanya melalui inderalah objek yang dicerap akan menjadi pengetahuan yang terbukti.

Francis Bacon
Pemikir empirisme atau realisme epistemologis di Inggris mengikuti jejak Francis Bacon. Bacon telah meletakkan dasar-dasar berpikir induktif. Common Sense bagi Bacon adalah keyakinan umum yang bertolak pada objek khusus yang dipahami secara logis dengan penyimpulan induktif. Penyimpulan induktif harus dilakukan agar pengetahuan terhindar kesalahan yang diakibatkan oleh sesat pikir. Sesat pikir itu oleh Bacon disebut sebagai berhala (idols). Berhala itu adalah berhala kodrat manusia (the idols of the tribe), berhala gua (the idols of the cave), berhala pasar (the idols of the market), dan berhala teater (the idols of the theatre). (Bacon, Novum Organun, prg. 39).

b. Konsep Sosiologi

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masyarakat dan hubungan sosial di dalamnya. Namun dalam berbagai hal penelitian, keenderungan hasil kajian sosiologi dianggap sama dengan pengetahuan umum. Namun pandangan tersebut justru harus diluruskan sebab dalam penelitian sosiologi, banyak ditemukan hal-hal yang dianggap umum adalah salah sehingga harus diluruskan.

Setiap ralitas sosial memiliki karakteristik yang berbeda-beda terkait dengan dinamika sosial yang terjadi padanya. Hal ini dapat diketahui melalui kegiatan penelitian sosiologi dengan memperhatikan pokok bahasan dalam sosiologi. Pokok bahasan dalam sosiologi digunakan sebagai acuan telaan untuk mengkaji suatu realitas sosial di masyarakat. Ada dua pokok bahasan yang dapat digunakan dalam mengkaji realitas sosial sehingga dapat membedakan sosiologi dengan ilmu lainnya, yaitu:

1. Sosiolog menggunakan imajinasi sosial.

Imaginasi sosial digunakan sebagai cara pandang dalam memahami realitas sosial dalam masyarakat. Para sosiolog menggunakan cara pandang yang berbeda terhadap suatu realitas sosial di masyarakat. Sebagai contoh, penelitian terhadap pola asuh dalam sebuah keluarga, sosiolog akan bertanya apakah perilaku yang terjadi sesuai dengan common sanse kebanyakan orang? Sosiolog akan menguji ulang asumsi-asumsi yang telah ada dengan mempelajari bagaimana pola asuh di masa lampau dilakukan, bagaimana perubahan yang terjadi, apa yang berbeda dari pola asuh antar masyarakat, dan bagaimana perubahannya di masa depan.

2. Sosiologi melihat bukti-bukti dari suatu isu sebelum membuat kesimpulan. 

Penjelasan dan kesimpulan yang di himpun sosiolog disusun berdasarkan bukti-bukti akurat yang dikumpulkan melalui riset menggunakan prosedur penelitian yang mapan.


B. Ciri Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan

Berikut inilah ciri khas dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:

1. Teoretis
Artinya sosiologi berusaha memberikan teori yang berasal dan abstraksi hasil observasi dan penelitian sosial sehingga menunjukkan pernyataan atau proporsi secara logis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat kehidupan dalam manusia.

2. Empiris
Makna sosiologi bersifat empiris artinya sosiologi merupakan ilmu berdasarkan hasil observasi logis terhadap fakta sosial, bukan berdasarkan hasil spekulasi semata. Alasan ini diungkapkan karena sosiologi dalam perkembangannya selalu memberikan langkah penelitian yang sistematis dan sesuai dengan realita.

3. Nonetis
Ciri khas sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang nonetis artinya sosiologi tidak bertujuan menilai baik atau buruknya suatu fakta, tetapi bertujuan menjelaskan fakta secara analitis. Selain itu, Sosiologi hanya bertugas mengu ngkapkan atau menerangkan tindakan sosial sebagai bagian dan fakta sosial.

4. Kumulatif
Ciri khas sosioogi ini artinya teori-teori dalam sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang sudah ada. Akan tetapi, teori tersebut selalu mengalami perbaikan, perluasan, dan penguatan sesuai kondisi atau fakta terbaru dalam kehidupan manusia.

C. Sifat-Sifat Hakekat Ilmu Sosiologi

Apabila sosiologi di telaah dari sudut sifat hakikatnya maka akan dijumpai beberapa petunjuk yang akan dapat membantu untuk menetapkan ilmu pengetahuan semacam apakah sosiologi itu. Sifat-sifat hakikatnya adalah sebagai berikut.

1. Sosiologi adalah ilmu sosial
Sosiologi adalah ilmu sosial, bukanlah ilmu tentang alam ataupun kerohanian. Sehingga akan terlihat sekali perbedaan dari kedua ilmu tersebut pada isinya. Sosiologi lebih menjelaskan kepada hal-hal yang terkait dengan kemasyarakatan, berbeda dengan ilmu biologi misalnya yang lebih menjelaskan terkait tumbuhan, astronomi yang menjelaskan ruang angkasa, dan ilmu ilmu lainnya. (baca juga: Peran Keluarga Dalam Proses Sosialisasi)

3. Sosiologi Masuk Kedalam Ilmu Pengetahuan Yang Kategoris
Sosiologi bukanlah ilmu normatif, yang mana di dalam ilmu sosiologi ada batasan-batasan pada pembahasan mengenai apa yang sedang terjadi bukan kepada hal yang akan terjadi dan juga bukan sesuatu hal yang harusnya terjaid. Sosiologi adalah ilmu yang bebas pada nilai dan tidak mempertimbangkan mengenai baik ataupun buruknya fakta yang ada.

4. Sosiologi Merupakan Ilmu Pengetahuan Yang Murni
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang murni (pure science) bukanlah sebuah ilmu pengetahuan terapan (applied science) yang berarti jika sifat hakikat sosiologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan agar dapat mengembangkan serta meningkatkan mutu tanpa harus dipergunakan di dalam lingkungan masyarakat.

Ilmu pengetahuan yang murni merupakan ilmu pengetahuan yang memang dirtujukan agar dapat mengembangkan serta membentuk ilmu pengetahuan dengan abstrak yang dapat mempertinggi mutu tanpa harus digunakan langsung di dalam kehidupan. Berbeda dengan ilmu pengetahuan terapan yang mana memiliki tujuan untuk bisa diterapkan serta digunakan di dalam kehidupan.

5. Sosiologi Adalah Ilmu Pengetahuan Abstrak
Yang berarti jika ilmu sosiologi melakukan sebuah pengamatan yang mana pada bentuk serta  pola yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat bukanlah wujud yang konkret.

6. Memiliki Tujuan Menghasilan Pengertian dan Pola Umum di Masyarakat
Sosiologi memiliki tujuan agar dapat menghasilkan pengertian dan pola umum yang terjadi di dalam masyarakat. Yang berarti sosiologi melakukan sebuah penelitian serta pencarian kepada berbagai macam prinsip serta hukum umum yang didasarkan pada interaksi yang terjadi serta aspek yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu yang rasional serta terkait dengan metode-metode yang digunakan. Yang berarti ilmu sosiologi merupakan ilmu yang tidak berlawanan dengan kenyataan dan akal sehat yang ada. Dan di dalam penelitiannya, sosiologi menggunakan metode sosiologi.

8. Sosiologi Merupakan Ilmu Pengetahuan Umum
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang umum, bukan merupakan ilmu pengetahuan khusus. Yang berarti jika ilmu sosiologi mempelajari hal-hal umum yang terjadi di sebuah objek studi yaitu masyarakat. Gejala-gejala umum ini mempelajari pada hal yang lebih ditekankan pada interaksi yang terjadi.

D. Metode Ilmiah Kuantitatif dan Kualitatif

1. Metode Penelitian Kualitatif
Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.

2. Metode Penelitian Kuantitatif
Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbeda-beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol-simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.

Tujuan utama dari metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.

E. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu yang Lain

Sosiologi bukanlah merupakan ilmu yang berdisi sendiri. Dalam teori dan prakteknya, sosiologi juga mempunyai keterkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti sejarah, ekonomi, ilmu politik, hukum, antropologi, dan psikologi.

1). Sosiologi dan Sejarah
Kedua ilmu ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu sosial yang menyoroti tindakan manusia dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masyarakat. Sejarah menyoroti terutama pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarawan menyoroti hal-hal yang unik saja yang dimiliki oleh masing-masing peristiwa, sedangkan sosiologi menyoroti peristiwa secara menyeluruh. Artinya, sejarah menyoroti pebedan-perbedan yang ada pada peristiwa-peristiwa yang sama, sedangkan, sosiologi menyoroti persamaan-persamaan ada pada peristiwa-peristiwa yang berbeda. Contoh, sejarawan menyoroti Perang Dunia I dan Perang Dunia II, dan perang lainya yang terjadi pada waktu yang berbeda. Sosiologi dalam hal ini menyoroti tidak pada masing-masing perang yang terjadi tetapi lebih kepada perang itu sendiri secara keseluruhan dimana perang dianggap sebagai fenomena sosial, yaitu sebagai salah satu jenis konflik yang terjadi di antara kelompok sosial

2). Ekonomi, Ilmu Politik, Hukum dan Sosiologi
Ekonomi merupakan ilmu yang menyelidiki semua fenomina yang berhubungan dengan usaha, produksi, konsumsi dan distribusi sumber daya. Ilmu politik meniliti tentang pemerintahan dan menjelaskan kompleksitas pemerintahan, sedangkan ilmu hukum mengkhususkan  diri untuk mempelajari hukum, sifat, dasar, dan perubahan-perubahannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu ini membatasi penelitiannya hanya pada peristiwa dan pengalaman-pengalam tertentu, berbeda dengan sosiologi yang tidak terbatas pada satu jenis peristiwa saja.

3). Psikologi dan Sosiologi
Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku. Ilmu ini mengkhususkan terutama pada manusia sebagai individu. Psikologi menyoroti kecerdasan, ilmu, ingatan yang dimiliki manusia, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan manusia sebagai makhluk individu. Sebaliknya sosiologi tidak menyoroti individu secara utama, tetapi lebing menyoroti kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Selain itu, sposiologi tidak menyoroti perilaku individu secara khusus tapi pada bentuk dan struktur sosial di mana perilaku tersebut terdapat di dalamnya.

4). Antropologi dan Sosiologi

Antropologi merupakan ilmu lain yang dekat dengan sosiologi. Keduanya mengkhususkan dirinya pada msyarakat manusia. Tapipada dasarnya antropologi secara lamgsung memberikan perhatian terutama pada masyarakat yang anggotanya belum dapat membaca, mennulis atau masyarakat yang masih primitif. Dalam mempelajari masyarakat, para antropolog meneliti tidak hanya bentuk-bentuk organisasi sosial dan hubungan sosial di mana hal tersebuut merupakan bidang yang diteliti oleh sosiolog. Antropolog juga meneliti ekonomi, agama, pemerintahan, bahas, legenda, adat istiadat, juga meneliti kepribadian yang dimiliki manusia dalam masyarakat. Berbeda dengan antropolog, sosiolog membatasi dirinya pada masyarakat yang sudah beradab, yang sudah dapat membaca dan menulis. Sosiolog tidak mempelajari ekonomi, agama, pemerintahan, bahasa, sastra yang ada di masyarakat, tetapi lebih kepada organisasi sosial, struktur sosial, di mana didalamnya berbagai fenomena sosial terjadi.

Selain itu, sosiologi memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya dalam mempelajari objek kajian tertentu. Ada 11 cabang dalam ilmu Sosiologi, berikut cabang-cabang ilmu sosiologi beserta penjelasannya:

1. Sosiologi Agama
Sosiologi agama mempelajari hubungan fenomena dalam masyarakat dengan agama. Dalam Sosiologi agama dipelajari beberapa materi yang meliputi perilaku manusia yang berhubungan dengan keyakinannya, peranan agama sebagai pranata sosial, peranan agama dalam perubahan masyarakat, dan peranan agama sebagai agen pengendalian sosial.

2. Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan cabang ilmu Sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Sosiologi pendidikan mencoba mengkaji hubungan antara fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan pendidikan. Materi yang dikaji antara lain peranan lembaga pendidikan dalam proses sosialisasi, peranan pendidikan dalam perubahan masyarakat dan lingkungan pendidikan itu sendiri, serta peranan pendidikan sebagai pranata sosial.

3. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum mempelajari kaitan antara fenomena dalam masyarakat dan hukum. Materi yang dipelajari antara lain perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan hukum yang berlaku, peranan hukum dalam masyarakat, dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

4. Sosiologi Keluarga
Sosiologi keluarga membahas kegiatan atau interaksi antara fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan keluarga. Materi yang dipelajari dalam Sosiologi keluarga antara lain peranan keluarga dalam masyarakat, peranan keluarga dalam perubahan sosial, dan beberapa bentuk keluarga.

5. Sosiologi Politik
Sosiologi politik mempelajari fenomena politik dengan mengaitkan variabel sosial dan politik dalam wujud saling keterkaitan antara struktur sosial dan lembaga politik atau antara masyarakat dan negara. Ruang lingkup kajian Sosiologi politik antara lain perilaku politik, lembaga politik, dan peranan politik dalam masyarakat.

6. Sosiologi Perdesaan
Sosiologi perdesaan mempelajari masyarakat desa dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari dalam Sosiologi perdesaan antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan, pola pemikiran, serta sikap dan sifat masyarakat perdesaan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Sosiologi Perkotaan
Sosioiogi perkotaan mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola interaksi yang dilakukan sesuai lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikapi suatu permasalahan.

8. Sosiologi Kesehatan
Sosiologi kesehatan bertujuan mengkaji cara penerapan berbagai teori Sosiologi dalam menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Cabang ilmu Sosiologi ini berusaha mengkaji perilaku sakit, perilaku sehat, peran sehat, dan peran sakit pada anggota masyarakat.

9. Sosiologi Pembangunan
Sosiologi pembangunan mengkaji masyarakat dan segala pola aktivtasnya dalam pembangunan. Materi yang dipelajari dalam Sosiologi pembangunan antara lain pengaruh pembangunan dalam perubahan sosial, peranan pembangunan dalam kehidupan masyarakat, dan peranan pembangunan terhadap perekonomian masyarakat.

10. Sosiologi Industri
Pada hakikatnya Sosiologi industri lebih menekankan pada perkembangan industri seiring perkembangan masyarakat antara industri dan masyarakat mempunyai hubungan erat karena Industri dapat menimbulkan berbagai perubahan social dalam masyarakat. Sebagai contoh, industri menyebabkan mata pencaharian masyarakat berubah dari sector agraris (petani) menjadi sektor industry (buruh pabrik). Industri juga menyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup.

11. Sosiologi Pariwisata
Pariwisata merupakan fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, dan kebudayaan. Sosiologi pariwisata juga dapat diartikan cabang keahlian yang memusatkan perhatian kepada motivasi turistik, peraturan-peraturan, hubungan, institusi, dan akibatnya pada wisatawan serta kelompok-kelompok yang berkaitan dengan wisatawan tersebut.

Ilmu Sosiologi membantu membuat perencanaan social atau memecahkan masalah social yang dialami masyarakat ilmu Sosiologi berusaha memahami gejala sosial masyarakat dengan menggunakan teori-teori sosiologi yang sesuai objek kajiannya. Ilmu Sosiologi dalam memahami gelala sosial pun telah mengalami perkembangan. Kondisi tersebut terbukti dengan adanya cabang-cabang ilmu Sosiologi yang mengkhususkan atau rnenekankan kajian Sosiologi secara spesifik. Sebagai contoh, Sosiologi perdesaan merupakan cabang ilmu Sosiologi yang mengkaji pola interaksi dan sistem sosial dalam masyarakat desa.

Berdasarkan pemaparan materi sub bab Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan di atas, uraikan kegiatan hasil kegiatan dan analisis anda dalam UKBM Sosiologi.

Sekian untuk materi pada aktivitas 1.2 kali ini. Semoga kalian dapat belajar melalui tulisan ini.
Selamat belajar!! Semangat!!!!

Rabu, 25 Juli 2018

Sosiologi sebagai Imlu Sosial

Definisi sosiologi

Secara epistimologis (asal bahasa), Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Mari memahami definisi Sosiologi lebih mendalam dengan membaca pendapat para ahli berikut.
1.  Pitirin Sorokin mengatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari :
  • Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala-gejala sosial dengan gejala sosial lainnya
  • Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial
  • Ciri-Ciri umum dari gejala-gejala sosial.
2. William F. Ogburn mengatakan sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasil-hasilnya yaitu organisasi sosial.

3. Van Doom dan Lammers mengatakan sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur sosial dan prose-proses yang bersifat stabil.

4. Selo Sumarjan dan Sulaiman Sumardi mengatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

5. Max Weber mengatakan sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

6.  Emile Durkheim mengatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial yaitu cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu serta mempunyai kekuatan mengendalikan individu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapatkah kalian menyimpulkan definisi sosiologi? Uraikan jawaban anda dalam UKBM Sosiologi.

Obyek Kajian Sosiologi

Selanjutnya, dari pendapat para ahli mengenai sosiologi di atas, dapat kita identifikasi tentang obyek kajian sosiologi. Menurut kalian, apakah obyek kajian sosiologi?

Ya, benar. Obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan hubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Selanjutnya, apakah kalian paham konseop tentang masyarakat?

Mari kita baca pendapat para ahli merikut tentang definisi mayarakat.
1. Selo Soemardjan mengatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

2. Karl Marx mengatakan bahwa masyarakat sebagai suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.

3. Emile Durkheim mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

4. Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangannya sendiri.

5. J.L. Gillin & J.P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan membunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama serta meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapatkah kalian menyimpulkan definisi masyarakat? Uraikan jawaban anda dalam UKBM Sosiologi.

Pokok Bahasan dalam Sosiologi 

Emile Durkheim
Menurut beliau, pokok pembahasan sosiologi adalah fakta-fakta sosial. Fakta sosial yang dimaksud adalah pola atau sistem yang mempengaruhi bagaimana cara manusia bertindak, berpikir dan merasa. Fakta sosial berada diluar individu serta mempunyai kekuatan untuk mengendalikan individu tersebut. Misal, murid diwajibkan datang tepat waktu, menggunakan seragam dan berlaku sopan terhadap guru.

Max Weber
Menurut Weber, pokok kajian sosiologi adalah tindakan sosial. Tapi tidak semua tindakan bisa dikatankan sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan bisa dikatakan tindakan sosial apabila tindakan tersebut  dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Misal, menanam bunga untuk kesenangan sendiri bukan termasuk tindakan sosial sedangkan menanam bunga untuk diikutsertakan lomba atau untuk berpartisipasi termasuk tindakan sosial. Max Weber menekankan bahwa tindakan tertentu dapat memiliki makna subjektif bagi pelakunya. Untuk memahami subjektif tersebut, seorang sosiolog harus mampu melakukan empati.
c.      Wright Mills
Pokok bahasan sosiologi menurut tokoh satu ini terkenal dengan sebutan khayalan sosiologis. Khayalan sosiologis dibutuhkan untuk memahami apa yang terjadi dimasyarakt maupun dalam diri individu sendiri. Dengan khayalan sosiologis, kita bisa memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi dan hubungan anatara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah personal troubles of milieu dan public issues of social sctucture. Personal troubles of milieu adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai pribadi. Public issues of social stucture  adalah hal yang ada diluar jangkauan kehidupan pribadi individu. Misal, suatu daerah memiliki satu orang pengangguran, maka pengangguran itu akan menjadi personal trouble. Jika ada lebih banyak lagi pengangguran, maka bisa disebut public issue. 
d.      Peter L Berger
Pokok pembahasan menurut Berger adalah realitas sosial. Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap helai tabir menjadi suatu realitas yang tak terduga. Sosiolog harus mengikuti aturan ilmiah dan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, pengamatan tabir secara jeli dan menghindari penilaian normatif. Ini disebabkan karena realitas sosial adalah sebuah bentukan dan bukan sesuatu yang begitu  saja ada. 
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapatkah kalian memberikan contoh dari masing-masing pokok bahasan dalam sosiologi sesuai pendapat para ahli di atas? Uraikan jawaban anda dalam UKBM Sosiologi.


Teori-Teori Dasar Sosiologi

AUGUSTE COMTE (1798-1857)

Comte merupakan orang pertama yang menggunakan kata sosiologi dalam upaya mempelajari tentang perilaku manusia. Meskipun Comte yang memberikan istilah positivis, gagasan yang terkandung dalam kata itu bukan dari dia asalanya. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organic yang kenyataannya lebih dari pada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung, tetapi untuk mengerti kenyataan ini.

Comte berpendirian bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa memperoleh pengetahuan tentang masyarakat menunutut penggunaan metode-metode penelitian empiris dari ilmu-ilmu alam lainnya, merupakan sumbangannya ang tak terhingga nilanya terhadap perkembangan sosiologi. Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah ini sebaga puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis melalui semua ilmu-ilmu lainnya.

Social statics dan social dynamics

Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian, yaitu apa yang disebut dengan social statics dan social dynamics. Dengan social statics dimaksudkannya sebagai suatu studi tentang hokum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu system social. Bagian yang paling penting dari sosiologi menurut Comte adalah apa yang disebutnya dengan social dynamics, yang didefinisikannya sebagai teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat manusia.

Social statics dimaksudkan Comte sebagai teori tentang wajib daar masyarakat. Sekalipun social statics merupakan bagian yang lebih elementer dalam sosiologi tetapi kedudukannya tidak begitu penting dibandingkan social dynamic. Fungsi dari social static adalah untuk mencari hokum-hukum tentang aksi dan reaksi dari pada berbagai bagian di dalam suatu system social.


Hukum Tiga Tahap

Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner ummat manusia dari masa primitive sampai ke peradaban Prancis abad ke Sembilan belas yang sangat maju. Hokum ini menjelaskan bahwa masyarakat-masyarakat (atau manusia) berkembang melalui tiga tahap utama, tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan: teologis, metafisik, dan positif.

Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia, dan untuk analisa terperinci maka Comte membaginya kedalam periode fetisisme, politeisme dan monoteisme.

Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hokum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi.

Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai data pengetahuan terakhir. Tetapi pengetahuan selalu sementara sifatnya, tidak mutlak; semangat positivisme memperlihatkan suatu keterbukaan terus-menerus terhadap data baru atas dasar mana pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas.

KARL MARX (1818-1883)

Alienasi
Analisa Marx tetang alenasi merupakan respons terhadap perubahan ekonomis, social, dan politis yang dia lihat di sekelilingnya. Dia tidak ingin memahami alienasi sebagai suatu masalah filosofis. Dia ingin memahami perubahan semacam apa yang dibutuhkan untuk membuat suatu masyarakat bias mengekspresikan potensi kemanusiannya secara memadai. Berkaitan dengan hal ini, Marx mengembangkan suatu pengertian penting; Sistem ekonomi kapitalis adalah sebab utama alienasi.

Alienasi terdiri dari empat unsure dasar. Pertama, para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktifitas produktif mereka. Kaum pekerja tidak memproduksi objek-objek berdasarkan ide-idenya mereka sendiri atau untuk secara langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri.

Kedua, pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas-aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas tersebut. Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka sendiri, melainkan menjadi milik para kapitalis yang mungkin saja menginginkan cara-cara yang mereka inginkan.

Ketiga, para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesame pekerja. Asumsi Marx adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus bertahan.

Keempat, para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi kemanusiaan mereka sendiri. Kerja tidak lagi menjadi transformasi dan pemenuhan sifat dasar manusia kita, akan tetapi membuat kita merasa kurang menjadi manusia dan kurang menjadi diri kita sendiri.



Teori Konflik
Teori konflik melihat elemen-elemen dan komponen-komponen dalam masyarakat merupakan suatu persaingan dengan kepentingan yang berbeda sehingga pihak yang satu selalu berusaha menguasai pihak yang lain. Pihak yang kuat berusaha menguasai pihak yang lemah. Dengan demikian konflik menjadi tak terhindarkan. Asumsi dasar teori konflik adalah.

  • Struktur dan jaringan dalam masyarakat merupakan persaingan antar kepentingan dan bahkan saling bertentangan satu sama lain.
  • Sehingga dalam kenyataan menunjukkan bahwa system sosial dalam masyarakat menimbulkan konflik.
  • Karena konflik adalah sesuatu yang tak terelak, maka konflik menjadi salah satu cirri dari system sosial.
  • Konflik ini tampak dalam kepentingan-kepentingan dalam kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
  • Selain itu konflik juga terjadi dalam pembagian sumber-sumber daya dan kekuasaan yang tidak merata dan tidak adil.
Sehingga konflik menungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat. Dan perubahan yang akan terjadi tentu saja perubahan ke arah yang lebih baik atau bisa juga sebaliknya.


Pertentangan Kelas (Teori Kelas)
Teori kelas dari Marx berdasarkan pemikiran bahwa: “sejarah dari segala bentuk masyarakat dari dulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar golongan”. Menurut pandangannya, sejak masyarakat manusia mulai dari bentuknya yang primitive secara relative tidak berbeda satu sama lain.

Analisa Marx selalu mengemukakan bagaimana hubungan antar manusia terjadi dilihat dari hubungan antara posisi masing-masing terhadap sarana-sarana produksi, yaitu dilihat dari usaha yang berbeda dalam mendapatkan sumber-sumber daya yang langka.

Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisi kapitalisme: yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kaum kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memilikialat-alat produksi dan mempekerjakan pekerja upahan. Pertentangan antara konflik antar kelas borjuis dan kelas proletar adalah contoh lain dari kontradiksi antara kerja dan kapitalisme.

Berdasarkan pemaparan teori sosiologi di atas, lakukan analisis perbandingan kedua teori di atas. uraikan jawaban anda dalam UKBM Sosiologi.


Sekian untuk materi pada aktivitas 1.1 kali ini. Semoga kalian dapat belajar melalui tulisan ini. Selamat belajar!! Semangat!!!!

Karakteristik Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam bahasa inggris salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.

Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium artinta tidak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Individu bukan berarti manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-seorang” atau “manusia perorangan”.

Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan dan berfikir, serta dengan pikirannya itu mengendalikan dan memimpin kesanggupan akali dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang dialaminya.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur-unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi, maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

Jika seseorang hanya tinggal raga, fisik, dan jasmaninya saja, maka dia tidak dikatakan sebagai individu. Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada di dalam diri individu tidak terbagi, merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Jadi, sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, dan keutuhan jiwa dan raganya.

Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Sekalipun orang tersebut terlahir kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri fisik dan psikis yang persis sama. Setiap anggota fisik manusia tidak ada yang persis sama meskipun sama-sama terlahir kembar.

Walaupun secara umum manusia itu memiliki fisik yang sama, tetapi kalau perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini terletak pada bentuk, ukuran, sifat dan lain-lainnya. Kita dapat membedakan seseorang dari lainnya berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada, baik pada perbedaan fisik maupin psikis. Contohnya: sidadap dan siwaru, karena di antaranya ada perbedaan fisik yang gampang dikenali.

Begitu pula dalam kumpulan atau kerumunan ribuan atau jutaan manusia, kita dapat mengenali seseorang yang sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang sudah kita kenal.

 Ciri-ciri Individu

Ciri individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau biologisnya, sifat, karakter, perangai, atau gaya dan selera orang juga berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama kali kita mudah dikenali. Ada orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada yang kulit coklat, hitam, atau putih, ada yang rambut lurus dan ikal. Dilihat dari sifat, perangai, atau karakternya, ada orang yang periang, sabar, cerewet, atau lainnya.

Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip dalah faktor yang dibawa individu sejak lahir dan merupakan faktor keturunan. Secara fisik seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan atau kesamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya, bisa juga pada bagian-bagian tubuh tertentunya saja.

Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fenotip). Faktor fenotip berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang contohnya: orang yang tinggal di daerah pantai memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan.

Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan kepribadian, setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.
  • Mayor polak menjelaskan bahwa kepribadian adalah “keseluruhan sikap, kelaziman, pikiran dan tindakan, baik biologis maupun psikologis, yang dimiliki oleh seseorang dan berhubungan dengan peranan dan kedudukannya dalam berbagai kelompok dan mempengaruhi kesadaran akan dirinya”. Meskipun dalam pengertian tersebut Mayor Polak tidak memasukan faktor lingkungan sebagai bagian dari kepribadian, namun dalam pembahasannya dia mengatakan bahwa pembentukan kepribadian diantaranya dipengaruhi oleh masukan lingkungan sosial (kelompok), dan lingkungan budaya (pendidikan).
  • Yinger, seperti dikutip oleh Horton dan Hunt memberikan batasan kepribadian adalah “keseluruhan perilaku seseorang yang merupakan interaksi antara kecenderungan-kecenderungan yang diwariskan (secara biologis) dengan rentetan-rentetan situasi (lingkungan).
  • Menurut Nursid Sumaatmadja, kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan.


Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari pengaruh orang lain. Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, disekolah, dan dilingkungan yang lebih besar. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan sebagai makhluk hidup juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, karena manusia tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Ketika bayi lahir, ia memerlukan pertolongan manusia lainnya. Bayi sama sekali tidak berdaya ketika ia lahir, ia tidak bisa mempertahankan hidupnya tanpa pertolongan orang lain. Berbeda dengan hewan, jerapah misalnya, katika binatang ini lahir, hanya dengan hitungan menit ia sudah bisa berdiri tegak dan berjalan mengikuti induknya. Kenapa hewan bisa mempertahankan hidupnya tanpa bantuan dari hewan lain? Karena untuk mempertahankan hidupnya hewan dibekali dengan insting. Insting atau naluri adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, yang diperoleh bukan melalui proses belajar.

Manusia berbeda dengan hewan, untuk mempertahankan hidupnya ia dibekali dengan akal. Insting yang dimiliki manusia sangat terbatas, ketika bayi lahir ia hanya memiliki insting menangis. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau berbicara dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
  • Manusia tunduk pada aturan, norma sosial
  • Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
  • Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Potensi manusia akan berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah manusia 
Sumber:  http://budisma.net

Bahan Soal Analisis (Studi Kasus)

Kemiskinan dan urbanisasi Hasil survei kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin per Maret 2016 menc...